Selasa, 30 Juni 2009

25/04/2009

Hari ini aku tuliskan mengenai perasaan seorang sahabat.
Aku memiliki seorang sahabat yang sangat aku sayangi, aku sangat menyayangi di layaknya seorang adik pada kakaknya, baahkan mungkin lebih.
Hari Selasa,tanggal 21/04/2009 kemarin sahabatku yang bernama Diroh,kecelakaan. Kakinya patah. Aku tak pernah menyangka mengenai kabar itu. Aku tak pernah mengira kalau orang yang saat ini paling dekat dengan aku jatuh dari sepeda motor sampai kakinya patah seperti yang aku katakan tadi. Aku merindukan dia, bahkan aku sangat merindukannya untuk kembali berada di hari-hariku seperti biasanya lagi.

Olisgiono, nama asli Adiroh. Aku sendiri tak tahu kenapa dia bisa dipanggil Diroh. Aku tak tahu dia anak ke dua atau ke tiga. Dia kembar, nama kembarannya Diran, dan nama asli Diran itu Sulistiono. Mereka kembar identik. Wajahnya tentu saja mirip. Apalagi mereka sering bermain bersamaku.
Waktu aku kelas tiga SD Diran dan Diroh kelas lima, dan ketika aku kelas satu SMP mereka kelas tiga. Tapi sekarang aku kelas dua SMK dan mereka tak melanjutkan ke sekolah lanjutan. Aku tak tahu kenapa. Mungkin tak ada biaya, mengingat orang tua kami sama-sama hanya petani dan orang biasa.
Dulu kami memang tak akrab seerti sekarang, aku lebih akrab dengan sahabatku yang bernama Romidah. Sampai kelas enam SD sampai kelas dua SMP aku mulai masa pubertasku. Yang tentunya di mulai dengan mengenal lawan jenis. Dan Diran adalah salah stu nama yang pertama tertulis di hatiku. Yah, cinta pertama. Ah, namanya juga baru pertama, mungkin hanya cinta monyet.
Tapi semua orang tahu kalau aku tak pernah main-main dengan perasaanku. Mungkin aku dewasa terlalu dini, apa itu efek dari aku ang terlahir premature? Entahlah, yang jelas itu benar adanya. Dan sama seperti orang lain yang kurang beruntung dalam masalah cinta pertama,aku patah hati dengan cinta pertamaku.
Kelas dua SMP, aku baru menyelesaikan semua masalahku dan Diran karena semenjak dia ada di hatiku, ada saja konflik yang terjadi antara kami. Entah dari aku, Diran, atau mungkin orang lain. Yang jelas, cinta monyetku itu memang rumit.
Sekitar bulan Desember 2005,aku mulai melupakan Diran, mencoba lebih tepatnya. Tapi Diroh seperti jadi “mak comblang” yang juga mendekatkan aku dan Diran. Diroh menjadi tempat curhatku, di mana aku mencurahkan semua isi hatiku mengenai Diran. Dan mulailah aku dan Diroh lebih mengenal satu sama lain. Dan aku mulai nyaman dengannya. Aku dengan mudah bisa menceritakan apa yang ada di hatiku kepada orang lain selain pada Romidah, aku mulai membuka diriku dan mulai menyadari kalau cowok itu bukan cuma Diran. Dan akujuga lebih terbuka kepada yang lainnya. Meskipun dilihat dari fisik, Diran memang lebih dari Diroh. Tapi aku lebih nyaman ada di dekat Diroh.
Sekitar bulan Februari 2006, aku punya teman namanya Felief. Dan tetanggaku yang bernama Agus, yang juga teman dari Diroh. Entah bagaimana awalnya,Felief dan Agus saling kenal, dan Agus sering titip salam pada Felief lewat aku. Aku dan Romidah sering sekali menemani Felief dan Agus ketemuan,dan Agus juga mengajak Diroh. Sambil menunggu Agus dan Felief PDKT, aku, Romidah, Diroh ngobrol bersama. Dan semenjak itulah kami mulai benar-benar dekat. Kami seperti orang yang sudah lama kenal, aku dekat denganya, bahkan melebihi dekatnya aku dengan cowokku sendiri. Karena sekitar bulan itu aku punya seorang pacar. Tapi aku tak peduli, karena rasanya semua cowok yang dekat denganku hanya untuk melupakan perasaanku terhadap Diran, aku dekat dan kami tambah dekat.
Malah aku dikira selingkuh dengan Diroh. Mungkin saja, karena rasanya hatiku sudah mulai mengukir namanya sebagi pengganti nama Diran yang lebih dulu ada. Sampai akhirnya Felief dan Agus pacaran, sedangkan aku hanya sebagai teman saja. Hanya sebagai HTS saja bahasa kerennya. Tapi aku tak peduli, mungkin karena aku baru mengenal apa itu cinta. Dan apapun itu namanya, aku suka dekat dengan Diroh meskipun tanpa status.
Kami tahu kalau kami saling suka, tapi tak ada yang berani untuk mengatakannya lebih dulu. Bahkan sempat ada banyak konflik di antara kedekatan kami, diantaranya, karena ada yang tak terima dengan kedekatan kami. Tapi itu malah membuat kami tambah dekat.
Sampai sekitar bulan April, tak ada kata cinta yang terucap di antara kami. Romidah dan teman-teman yang lain bahkan sudah hampir menyerah untuk membuat kami jadian. Karena memang tak ada salah satu di antara kami yang mengucapkan kata cinta layaknya orang lain yang baru satu bulan PDKT langsung bisa jadian. Tapi kami tetap dekat. Dan kami tak peduli dengan status yang entah apa namanya itu, tak pernah aku memintanya mengenai kejelasan hubungan kami, karena aku tahu, itu mungkin akan membuat kami malah jadi kikuk.
Dan kami nyaman dengan hubungan ini.
Tapi sekitar akhir April atau awal mei, lebih tepatnya aku lupa, Diroh pergi ke Jakarta sekitar dua bulan. Dia pulang akhir Juni.
Selama itu aku menunggu dia pulang sambil merindukan saat aku berada di antara dia dan Romidah, mereka berdua adalah orang yang sangat berarti di hidupku, karena tanpa mereka hidupku kelabu.
Dan sekarang aku sudah kembali dekat dengannya setelah lama jauh. Dan sampai sekarang,kami masih tetap dekat.
Saat ini, ketika dia sedang tertimpa musibah, aku yakin aku bias menjadi salah satu sayapnya untuk kembali membantunya kembali terbang. Diroh adalah salah seorang yang telah membuat hidupk lebh berwarna, dan aku juga ingin sekali membuatnya bahagia, meskipun hanya sebagai seorang sahabat. Tapi sahabat akan selalu ada meskipun sahabat itu tak terlihat.Aku hanya ingin menjadi sahabatnya yang terbaik, dan aku ingin selalu jadi bintang di hatinya. Aku ingin selalu jadi lilin yang bisa menerangi ruang jiwanya, juga menjadi cahaya ketika dia membutuhkan sinarku. Aku hanya ingin menjadi sahabatnya yang terbaik.

Tidak ada komentar: